Triangle Exposure untuk Pemula di Bidang Videografi
Halo Sobat Barbar! Sebagai pemula di bidang videografi, tentunya konsep triangle exposure menjadi salah satu dasar paling awal yang harus kamu kuasai sebelum kamu ingin membuat gambar-gambar ngeri ala Babeh Roger Deakins. Nah, baraya bros mau kasih tahu nih, biar kamu bisa paham dengan konsep ini.
Ada 3 variabel penting yang harus kita perhatikan dalam memahami konsep ini, yaitu aperture, shutter speed, dan juga ISO.
Nah, istilah triangle exposure ini digunakan untuk menghubungkan ketiga variable tersebut, di mana jika salah satu diubah, maka harus ada salah satu di antara dua variabel yang tersisa yang harus kamu adjust untuk tetap mempertahankan exposure gambar semula (karena jika salah satu variabel ini diubah, maka akan berpengaruh pada exposure gambar kamu).
Oke langsung saja. Mari kita sikat!
Daftar Isi
Triangle Exposure di Bidang Videografi
Triangle Exposure untuk Pemula di Bidang Videografi
Variabel 1: Aperture (Bukaan)
Aperture merujuk kepada komponen yang ada di dalam lensa yang berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang dapat masuk ke dalam lensa.
Komponen ini terdiri dari bilah-bilah, bisa disebut juga dengan blade yang akan melebar dan menyempit sesuai dengan pengaturan yang kamu lakukan. Aperture juga bisa disebut sebagai iris lensa.
Kamu tahu kan, kalau mata kita punya bagian yang namanya iris. Nah, iris yang ada pada lensa sama fungsinya seperti iris yang ada pada mata kita.
Aperture juga bisa diibaratkan seperti sebuah jendela di sebuah rumah. Semakin lebar kita membukanya (aperture lebar), maka cahaya akan semakin banyak masuk ke dalam rumah. Sementara saat kita menutupnya (aperture sempit), hanya akan ada sedikit cahaya yang masuk.
F-stops
F-stops ini adalah salah satu istilah yang penting untuk dipahami nih, Sob. F-stops adalah sekumpulan angka-angka yang menunjukkan besar kecilnya sebuah aperture, seperti f/1.4, f/2.8, f/4, f/5.6, dan seterusnya.
Ada yang unik di sini. Semakin kecil angka f-stops, maka akan semakin lebar aperture. Sebaliknya, semakin besar angka f-stops, maka aperture akan semakin sempit.
Contohnya, aperture f/1.4 terbuka lebih lebar dan akan membuat cahaya lebih banyak masuk ke dalam kamera dibandingkan dengan aperture f/2.8.
Aperture dengan angka kecil (yang biasanya dimiliki oleh lensa fix/prime) biasanya digunakan untuk mengambil gambar dalam keadaan pencahayaan low light karena memungkinkan cahaya untuk lebih banyak masuk ke dalam kamera.
Apa sih yang akan berpengaruh pada gambar jika kita menggunakan aperture lebar atau sempit? Jika kamu suka dengan gambar-gambar bokeh (cakupan fokus sempit), di sinilah letak peran aperture dalam mengubah depth of field gambar.
Depth of Field (Kedalaman Ruang)
Depth of field merujuk kepada seberapa besar bidang gambar yang berada di dalam fokus kamera.
Aperture kecil (kisaran f/1.4-f/4) akan menghasilkan gambar dengan depth of field yang lebih sempit yang akan menghasilkan gambar bokeh yang cocok untuk sebuah portrait karena akan memfokuskan gambar hanya kepada subjek yang kamu rekam.
Sementara aperture besar (di atas f/8) akan menghasilkan gambar dengan depth of field yang lebih lebar biasanya digunakan untuk mengambil gambar landscape atau wide, di mana kita ingin semua hal dari bidang depan hingga belakang gambar berada di dalam fokus.
Nah, penting banget kan aperture ini dalam memahami triangle exposure. Kita lanjut ke shutter speed!
Variabel 2: Shutter Speed (Kecepatan Rana)
Shutter (rana) memiliki salah satu fungsi yang sama dengan aperture, yaitu mengatur seberapa banyak cahaya yang masuk ke dalam sensor kamera.
Tetapi bedanya adalah jumlah cahaya yang masuk akan ditentukan oleh kecepatan rana (yang terletak pada body kamera tepat di depan sensor) pada saat dia terbuka.
Ini adalah contoh angka-angka yang menunjukkan kecepatan shutter speed dalam satuan detik: 4, 2”, 1”, ½, 1/8, 1/15, 1/30, 1/50, dan seterusnya.
Kita bandingkan shutter speed 4 detik dan juga 1/30 detik. Shutter speed 4 detik akan membuat rana terbuka selama 4 detik dan shutter speed 1/30 detik akan membuat rana terbuka selama 1/30 detik.
Dari sini kita tahu bahwa shutter speed 4 detik (slow shutter speed) akan menghasilkan cahaya yang masuk lebih banyak daripada shutter speed 1/30 detik (fast shutter speed).
Shutter speed ini juga akan berpengaruh dalam hal motion blur.
Semakin lambat shutter speed yang kita gunakan, maka akan tercipta motion blur yang semakin jelas. Semakin cepat shutter speed yang kita gunakan, maka motion blur akan semakin tidak terlihat.
Pengaruh ini biasanya sering digunakan dalam bidang fotografi, di mana kamu ingin membekukan sebuah objek yang bergerak cepat (seperti kendaraan, atlet) dengan menggunakan fast shutter speed dan juga pada saat kamu ingin menciptakan efek gerakan dari sebuah objek (seperti aliran sungai, air terjun) dengan menggunakan slow shutter speed.
Dalam dunia videografi, biasanya shutter speed yang digunakan untuk mendapatkan motion blur yang natural (mirip dengan cara mata manusia melihat) adalah 1/50 detik dalam 24 fps (frame per second).
Oh iya, kalau menyinggung masalah fps, pastikan shutter speed kamu besarnya 2 kali dari fps yang kamu gunakan.
Untuk shutter speed di atas 1/50 detik, seperti 1/125 detik (dengan fps 60) atau 1/250 detik (dengan fps 120) biasanya digunakan untuk shot-shot slow motion. Jadi sebenarnya, para videografer tidak banyak mengubah shutter speed-nya kecuali ada hal-hal khusus yang jadi pertimbangan mereka.
Itulah variabel kedua dalam triangle exposure. Mari lanjut ke variabel ketiga, yaitu ISO.
Variabel 3: ISO
ISO mengontrol sensitivitas sensor dalam menerima cahaya. Ini adalah contoh angka-angka yang menunjukkan besaran ISO: 25, 50, 100, 200, 400, 800, dan seterusnya. ISO inilah variabel yang paling mudah dipahami karena hubungannya dengan exposure gambar bersifat linear.
Semakin besar angka ISO, sensitivitas sensor terhadap cahaya akan semakin besar sehingga membuat exposure gambar meningkat.
Penggunaan ISO akan sangat membantu apabila kamu ingin syuting di lokasi dengan pencahayaan low light. Kamu hanya perlu meningkatkan ISO kamu hingga mendapatkan exposure gambar yang sesuai dengan keinginanmu.
Tetapi, ada satu hal yang perlu jadi perhatian juga di sini, yaitu bintik-bintik pada gambar/noise. Seiring meningkatnya angka ISO, maka noise yang dihasilkan akan semakin besar. Jadi, usahakan agar kamu menggunakan ISO serendah mungkin apabila kamu tidak ingin gambar kamu dipenuhi oleh noise.
Setelah memahami ketiga variabel dalam triangle exposure. Mari kita pahami lebih dalam hubungan-hubungannya dalam kasus-kasus berikut!
Studi Kasus Triangle Exposure
Mari kita memahami lebih dalam tentang triangle exposure melalui kasus-kasus ini. Shutter speed akan kita pertahankan di angka 1/50 detik dalam 24 fps. Asumsikan juga kita tidak memiliki lighting tambahan.
Inilah keadaan awal exposure kamu untuk setiap kasus yang akan ditampilkan:
- Aperture = f/5.6
- Shutter speed = 1/50
- ISO = 400
Kasus 1: Membuat Gambar Bokeh di Situasi Pencahayaan Gelap
Bayangkan situasi ini terjadi di dalam sebuah ruangan yang tidak memiliki pencahayaan yang cukup terang.
Untuk mendapatkan gambar bokeh, kamu harus mengecilkan angka aperture kamu. Kita ubah aperture f/5.6 menjadi f/2.8. Dengan mengecilkan angka aperture, kamu juga telah membiarkan cahaya masuk lebih banyak ke dalam kamera.
Nah, apabila exposure gambar masih juga kurang terang, kamu bisa meningkatkan angka ISO kamu sampai tingkat exposure yang kamu inginkan tercapai. Misal, kita ubah ISO dari 400 naik ke 800.
Apabila masih kurang terang juga, kamu bisa terus meningkatkan angka ISO. Tetapi jangan lupa, perhatikan juga noise yang akan dihasilkan akibat efek peningkatan ISO tersebut. Jika tidak ingin tercipta efek noise tersebut, maka lighting tambahan diperlukan.
Kasus 2: Membuat Gambar Bokeh di Situasi Pencahayaan Terang
Pada kasus ini, bisa jadi agak rumit.
Bayangkan kamu syuting di sebuah lokasi outdoor dan dalam kondisi cahaya matahari yang cerah. Kamu kecilkan angka aperture dari f/5.6 ke f/2.8 untuk mendapatkan gambar bokeh yang kamu inginkan, tetapi yang terjadi pada gambar adalah overexposed (gambar menjadi terlalu terang).
Jika kamu tidak mengingingkan hal ini terjadi, kamu bisa menurunkan angka ISO. Kita ubah ISO dari 400 menjadi 100. Namun, gambar tetap akan overexposed jika dalam kondisi seperti ini.
Pilihan yang bisa kamu lakukan adalah mengorbankan ke-bokeh-an yang kamu inginkan dengan menaikkan angka aperture hingga gambar tidak overexposed.
Jika kamu ingin tetap mempertahankan angka aperture, ada satu tool yang harus kamu miliki, yaitu sebuah ND filter.
Singkatnya, ND filter itu sebuah kaca yang ditempelkan di lensa untuk menurunkan exposure kamu (fungsinya mirip seperti kaca mata hitam). Dengan memasang ND filter, kamu bisa tetap mendapatkan gambar bokeh di keadaan pencahayaan lokasi yang terang.
Kasus 3: Membuat Gambar Wide Focus di Situasi Pencahayaan Terang
Pada kasus ini, kamu ingin mengambil gambar sebuah pemandangan, di mana kamu ingin semua bidang gambar dari depan hingga belakang terletak di dalam fokus.
Hal yang perlu kamu lakukan adalah membesarkan angka aperture. Kita ubah angka aperture dari f/5.6 menjadi f/11. Biasanya dalam keadaan terang, gambar tidak akan menjadi underexposed.
Tetapi jika terjadi demikian, maka kamu harus menaikkan angka ISO sampai exposure gambar menjadi seperti yang kamu inginkan.
Kasus 4: Membuat Gambar Wide Focus di Situasi Pencahayaan Gelap
Menaikkan angka aperture akan membuat cahaya yang masuk ke dalam kamera semakin sedikit. Kita sudah menaikkan angka aperture dari f/5.6 menjadi f/11 dan gambar menjadi underexposed.
Jika kamu sudah meningkatkan ISO hingga maksimal, tetapi gambar masih saja tetap underexposed, maka pencahayaan tembahan menjadi hal yang diperlukan di kasus seperti ini.
Kesimpulan Triangle Exposure
Triangle exposure adalah sebuah konsep yang menghubungkan tiga variable penentu exposure gambar dalam kamera, yaitu aperture, shutter speed, dan ISO.
Jika salah satu variabel diubah, maka harus ada penyesuaian di antara dua variable yang tersisa untuk tetap mempertahankan exposure gambar semula.
Aperture mempengaruhi banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera dan juga depth of field gambar. Semakin besar angka aperture, semakin sempit aperture dan semakin sedikit cahaya yang masuk, berlaku sebaliknya. Besaran aperture disimbolkan f-stops.
Shutter speed mempengaruhi banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera dan juga motion blur gambar. Semakin cepat shutter speed, maka semakin sedikit cahaya yang masuk dan motion blur semakin tidak terlihat.
ISO mempengaruhi sensitivitas sensor dalam menerima yang akan berpengaruh pada tingkat exposure sebuah gambar. Semakin besar exposure, semakin meningkat exposure, yang akan berpengaruh juga pada meningkatnya unsur noise pada gambar.
Sekian artikel dari baraya bros untuk kamu, Sobat Barbar. Baca artikel kami yang lain juga ya!
Posting Komentar untuk "Triangle Exposure untuk Pemula di Bidang Videografi"